Novel ini berceritakan tentang tiga kisah yang berbeda namun ditulis menjadi satu cerita yang saling berkaitan yaitu, kisah tentang seorang anak laki-laki yang disiksa oleh kedua orang tua
nya, laki-laki bernama Gambir yang bekerja sebagai seniman pematung, dan
seorang jurnalis bernama Ranti.
Cerita ini dimulai dengan kisah seorang anak laki-laki
berumur 9 tahun yang selalu disiksa oleh orang tua nya sendiri. Anak laki-laki
ini adalah hasil dari nikah sirih. Ayahnya mempunyai 2 istri, ibunya adalah
istri simpanan ayahnya. Setiap si anak melakukan kesalahan, ia selalu disiksa
oleh orang tua nya dengan cara dipukuli, dibentak, dipaksa untuk memakan kecoa,
tangannya ditusuk pakai pensil, diikat dipohon, ditampar, ditonjok, dicambuk
dengan ikat pinggang, dan masih banyak lagi siksaan lainnya. Anak tersebut
sudah tidak lagi menerima kasih sayang dari orang tua nya. Dan pada suatu hari,
anak tersebut sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakit secara fisik, batin dan
jiwanya, lalu ia melakukan hal yang tidak terduga yaitu membunuh kedua orang
tua nya agar ia tidak disiksa lagi. Namun, karena si anak merasa bersalah, ia
memotong tangan kirinya. Pada akhirnya ia dibawa ke rumah sakit jiwa saat ia
masih berumur 9 tahun. 18 tahun kemudian, ia masih berada di dalam rumah sakit
jiwa, hal itu membuat seorang jurnalis bernama Ranti yang tertarik untuk
membuat artikel tentang kekerasan terhadap anak yang dialami oleh pasien
tersebut.
Cerita
selanjutnya yaitu tentang seorang seniman pematung bernama Gambir. Ayah Gambir
juga seorang seniman, namun ibunya Gambir yang bernama Menik Sasongko sangat
membenci profesi sebagai seniman. Gambir memiliki adik laki-laki bernama Damar
dan adik permpuan bernama Menur. Gambir mengalami kehidupan yang mapan dan
bahagia. Ia memiliki istri yang cantik bernama Talyda. Gambir berkarir sebagai
seorang seniman pematung. Para pembeli patungnya sangat terkesan dengan hasil
karya Gambir. Mereka selalu mengatakan bahwa patung Gambir seperti bernyawa,
dan terlihat hidup. Mereka tidak tahu bahwa patung-patung wanita hamil tersebut
benar-benar berisi janin. Janin tersebut diperoleh dari sepasang saudara kembar
yang berprofesi sebagai dokter aborsi gadungan.
Gambir
dan Talyda saling mencintai satu sama lain, hanya saja ada beberapa masalah
yang melingkupi rumah tangga mereka. Masalah pertama adalah ibu Gambir, ia
tidak menyukai profesi Gambir sebagai pematung, karena menurutnya seniman
adalah suatu pekerjaan yang bodoh dan tidak penting. Masalah kedua adalah
Talyda, istri tercinta nya yang tidak ingin mempunyai anak. Talyda pernah
mengandung anak Gambir, tetapi karena keinginannya untuk tidak mempunyai
seorang anak, akhirnya Talyda memutuskan untuk mengaborsi anak mereka. Awalnya,
Gambir tidak setuju dengan keputusan Talyda, namun ia tidak bisa berbuat
apa-apa karena istrinya sangat berwatak keras dan ia juga tidak mau membuat
istrinya marah. Karena Gambir tidak mau membuang anaknya yang telah di aborsi,
akhirnya Gambir membuat patung wanita hamil yang diberi nama Arjasa, dan ia
menaruh janin anaknya didalam perut patung wanita hamil tersebut, dan menaruh
patung itu tepat di depan pintu terlarang yang ada di dalam ruang studio
Gambir.
Ibu
gambir, menganggap Gambir gila. Dia ingin menyembuhkan anaknya dengan cara
menyuruh Talyda untuk berselingkuh dengan adiknya Gambir yang bernama Damar dan
dua sahabat Gambir yang bernama Rio dan Dandung tanpa sepengetahuan Gambir.
Awalnya Talyda ragu karena ia sangat mencintai Gambir. Talyda lantas menemukan
alasan yang tepat untuk dirinya sendiri. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia tida
berselingkuh, melainkan hanya sekedar membuktikan bahwa tidak ada laki-laki
yang dapat menandingi Gambir. Pada awalnya Talyda berselingkuh dengan laki-laki
yang tidak dikenal, lama kelamaan Talyda mulai menjalin hubungan dengan
sahabat-sahabat dan adik kandung Gambir. Gambir mulai curiga dengan sikap
Talyda yang selalu pergi malam hari dengan berdandan cantik, berpakaian anggun
dan pulang tengah malam. Gambir berkeinginan untuk membuktikan kalau istrinya
memang benar-benar selingkuh.
Pada
saat keluarga Gambir datang ke rumahnya untuk merayakan tahun baru, Gambir
menemukan bukti. Bukti tersebut adalah korek api yang dipakai oleh adiknya,
Damar. Korek api yang dipakai Damar adalah korek api tempat Gambir memergoki
Talyda keluar dari hotel. Gambir marah, dan membunuh Damar karena telah
berselingkuh dengan istrinya. Tak lama kemudian, ibu Gambir datang dan melihat
Gambir telah membunuh Damar. Ibu Gambir pun marah dan berkata jujur bahwa ia
lah yang telah menyuruh Talyda untuk berselingkuh, ia juga membocorkan bahwa
sahabat-sahabat Gambir juga telah berselingkuh dengan Talyda. Mendengar perkataan
tersebut, Gambir pun semakin marah dan emosinya tidak terkendali. Gambir
membunuh ibu nya dan kedua sahabatnya dengan sadis. Ia merasa telah dibohongi
dan dikhianati oleh mereka. Merasa belum puas dengan pembalasannya, Gambir pun
juga membunuh Talyda. Setelah membunuh Talyda, ia merobek perut Talyda, lalu
menghancurkan patung Arjasa, mengambil janin yang ada dalam patung tersebut dan
memasukkannya kedalam perut Talyda sebagai bentuk pembalasan karena Talyda
telah mengaborsi anaknya. Setelah itu, Gambir mengambil kunci yg ada pada
kalung istrinya. Kunci itu adalah kunci untuk membuka pintu terlarang yang ada
di dalam studio Gambir. Talyda sering mengingatkan Gambir agar tidak membuka
pintu tersebut. Jika dilanggar, maka hidup Gambir akan hancur. Gambir sudah
tidak peduli dengan hal itu, dengan emosinya ia membuka pintu tersebut.
Setelah
pintu itu dibuka, Gambir harus menghadapi kenyataannya. Ternyata, dia selama
ini hanya berimajinasi. Gambir sebenarnya adalah anak kecil yang masuk ke rumah
sakit jiwa pada umur 9 tahun karena telah membunuh orang tua nya. Selama 18
tahun Gambir tetap menghuni rumah sakit jiwa tersebut. Gambir adalah korban
kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua nya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar